Entri yang Diunggulkan

Verifikasi UKK (Uji Kompetensi Kejuruan) Tahun 2023

Selasa, 18 Agustus 2020

Pedoman Pencinta Alam (Sispala Nesu)

 

Pedoman Siswa Pecinta

Alam

Bagian 1

DASAR-DASAR SISPALA

SMKN 1 SUKATANI PURWAKARTA

 

  1. PENGERTIAN SISPALA

Sispala merupakan singkatan dari Siswa Pecinta Alam. Sispala adalah kelompok pecinta alam yang bernaung di setiap sekolah di bawah kepengawasan kepala sekolah atau pun wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Dan ada juga yang berdiri sendiri. Ini semua tergantung kebijakan pengurus masing-masing. Sebagian besar Sispala termasuk organisasi ekstrakurikuler.

Sispala sendiri bukan nama mutlak dari organisasi kepecinta alaman yang ada di setiap sekolah. Sebab tidak sedikit yang menggunakan nama yang telah disepakati oleh pendiri kelompok pecinta alamtersebut. Akan tetapi, secara umum orang sudah paham bahwa setiap organisasi pecinta alam di tingkat sekolah adalah Sispala. Kesimppulannya adalah, bahwa saat ini Sispala sendiri hanya sebutan tidak resmi kelompok pecinta alam tingkat sekolah di Indonesia. Analisa Masalah Bila dibandingkan dengan organisasi ekstrakurikuler di setiap sekolah yang ada di Indonesia, Sispala adalah organisasi yang mampu melahirkan insan yang sehat secara mental, jasmani maupun rohani. Dan tentunya tergantung kepada proses pembinaannya. Yang menjadi kendala dalam proses perkembangannya adalah Sispala belum mempunyai ikatan secara nasional. Dan pada akhirnya menyebabkan kebingungan para organisator dalam menghimpun rencana strategis secara massal. Jangankan secara sistemik, dalam menjalin komunikasi eksternal pun sulit. Padahal bila ada kesatuan visi dan misi secara nasional, Sispala sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Baik dibidang pendidikan, sosial, seni budaya, olah raga, lingkungan, maupun kemanusiaan. Usaha Pembenahan Dikarenakan belum adanya sinergisitas dalam melahirkan visi dan menjalankan misi secara menyeluruh, ada baiknya organisasi sispala seluruh indonesia melakukan pembentukan Ikatan Secara Nasional Evaluasi Masalah di Tingkat Regional dan Melakukan Perumusan Administrasi dan Rencana Strategis. Pertama, pembentukan ikatan secara nasional. Ini berfungsi agar adanya legalitas kita dalam melakukan segala macam bentuk rencana kerja dan sejenisnya. Kedua, evaluasi masalah di tingkat regional. Ini tentu ada hubungannya dengan poin pertama, yaitu ketika kita melakukan pembentukan ikatan secara nasional melalaui kongres atau sejenisnya, kita akan membuat forum khusus guna mengevaluasi segala macam bentuk permasalahan, hambatan ataupun lainnya yang dihadapi di daerah masing-masing. Sehingga menghasilakan kesamaan dalam cara membenahi problematik tersebut. Ketiga, Melakukan perumusan administrasi dan rencana strategis. Ini adalah tahap akhir dari dinamika yang timbul ketika proses pembentukkan dan evaluasi. Tentunya masih banyak lagi formulasi dalam pembenahan ini.

 

  1. PRINSIP DASAR PETUALANGAN DAN PECINTA ALAM :
  2. Dalam pelaksanaan kegiatan petualangan terdapat etika dan prinsip dasar yang sudah disepakati bersama. Etika dan prinsip dasar tersebut muncul sebagai rasa tanggung jawab kepada alam. Selain didukung dengan perlengkapan dan peralatan yang memadai, juga dalam petualangan mutlak diperlukan kemampuan yang mencukupi. Kemampuan itu adalah kemampuan teknis yang yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efisiensi penggunaan perlengkapan.Sebagai contoh, pendaki harus memahami ritme berjalan saat melakukan pendakian, menjaga keseimbangan pada medan yang curam dan terjal sambil membawa beban yang berat serta memahami kelebihan dan kekurangan dari perlengkapan dan peralatan yang dibawa serta paham cara penggunaannya.

 

  1. Kemampuan kebugaran yang mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam. Berikutnya, kemampuan kemanusiawian. Ini menyangkut pengembangan sikap positif ke segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi / kemauan, percayadiri, kesabaran, konsentrasi, analisis diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.

 

  1. Seorang pendaki seharusnya dapat memahami keadaan dirinya secara fisik dan mental sehingga ia dapat melakukan kontrol diri selama melakukanpendakian, apalagi jika dilakukan dalam suatu kelompok, ia harus dapat menempatkan diri sebagai anggota kelompok dan bekerja sama dalam satu tim.

 

  1. Tak kalah penting adalah kemampuan pemahaman lingkungan. Pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan spesifik. Wawasan terhadap iklim dan medan kegiatan harus dimiliki seorang pendaki. Ia harus memahami pengaruh kondisi lingkungan terhadap dirinya dan pengaruh dirinya terhadap kondisi lingkungan yang ia datangi.

 

Keempat aspek kemampuan tersebut harus dimiliki seorang pendaki sebelum ia melakukan pendakian. Sebab yang akan dihadapi adalah tidakhanya sebuah pengalaman yang menantang dengan keindahan alam yang dilihatnya dari dekat,tetapi juga sebuah resiko yang amat tinggi, sebuahbahaya yang dapat mengancam keselamatannya.

 

  1. JANJI DAN KODE ETIK SISPALA
    1. JANJI SISPALA :

DEMI HARGA DIRI DAN KEHORMATANKU, AKU BERJANJI :

  1. Menjalankan Kewajiban Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesiadan Menjalankan Pancasila.

 

  1. Menegakan Panji Perjuangan Memberantas segala Bentuk Pengrusakan Lingkungan dan Ikut Serta Dalam Menjaga Kelestarian Hutan.

 

  1. Menolong Sesama Hidup Serta Membangun Masyarakat.

 

  1. Selalu Menjaga Namabaik Sekolah, Keluarga, Organisasi, Dan Pribadi.

 

  1. Patuh, Disiplin, Mentaati Peraturan Dan Mentaati Janji Sispala.

 

  1. KODE ETIK SISPALA :
  1. Selalu Menjalankan Perintah Agama Dan Menjauhi Segala Larangannya.
  2. Mentaati Peraturan Hukum Negara Dan Menjalankan Pancasila.
  3. Mencintai Alam Dan Kasih Sayang Sesama Manusia.
  4. Patuh, Disiplain Dan Tangguh.
  5. Hemat, Cermat, Dan Bersahaja.
  6. Cerdas, Energik, Responsif, Inovatif Dan Adavtif.
  7. Disiplin Bertanggungjawab Berani Dan Setia.
  8. Bersih Dari Segala Kekerasan Pengrusakan Dan Kezaliman.

 

  1. SEJARAH SISPALA INDONESIA

Sering kita mendengar dan menemui sekelompok manusia yang suka berpetualang di alam terbuka dengan membawa nama Pecinta Alam. Dan uniknya, nama tersebut, yakni pecinta alam hanya ditemui di Indonesia. Bukan dari segi bahasa, namun dari segi arti dan makna kalimat. Di Luar negeri sendiri mungkin lebih dikenal dengan nama Aktifis Lingkungan. Konsep Pecinta Alam dicetuskan oleh Soe Hok Gie pada tahun 1964. Soe Hok Gie sendiri meninggal pada tahun 1969 karena menghirup gas beracun Gunung Semeru. Gerakan “Pecinta Alam” awalnya adalah pergerakan perlawanan yang murni kultur kebebasan sipil atas invasi militer dengan doktrin militerisme – patriotik. Perlawanan ini dilakukan dengan mengambil cara berpetualang dengan alasannya yakni : “Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia – manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi ( kemunafikan ) dan slogan – slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” ( Soe Hok Gie – Catatan Seorang Demonstran )

Era pecinta alam sesudah meninggalnya Soe Hok Gie ditandai dengan adanya ekspedisi besar – besaran, dan era berikutnya ditandai dengan Era 1969 – 1974, merupakan era antara masa kematian Gie dan masa muncul-munculnya Kode Etik Pecinta Alam. Era ini menandai munculnya tatanan baru dalam dunia kepecinta – alaman, dengan disahkannya Kode Etik Pecinta Alam ( KEPAI ) di Gladian IV Ujung pandang, 24 Januari 1974.

Ketika itu di barat juga sudah mengenal suatu ‘Etika Lingkungan Hidup Universal’ yang disepakati pada 1972. Era ini menandakan adanya suatu babak monumental dalam aktivitas kepecinta alaman Indonesia dan perhatian pada lingkungan hidup di negara – negara industri. Lima tahun setelah kematian Gie, telah memunculkan suatu kesadaran untuk menjadikan Pecinta Alam sebagai aktivitas yang teo – filosofis, beretika, cerdas, manusiawi / humanis, pro – ekologis, patriotismedan anti – rasial.

Dalam Etika ‘Etika Lingkungan Hidup Universal’ Ada 3 etika yang merupakan prinsip dasar dalam kegiatan petualangan yaitu :

 

  • Take nothing but picture (Mengambil tak lain hanya gambar)
  • Leave nothing but footprint (Meninggalkan tak lain hanya jejak kaki)
  • Kill noting but time (Bunuh mencatat kecuali waktu)

 

Dalam Kode Etik Pecinta Alam Indonesia, disebutkan :

  • Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
  • Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pedoman Siswa Pecinta

Alam

Bagian 2

MATERI DIKLAT SISPALA

 

  1. PENDAKI PEMULA

Bagi Pendaki Pemula yang ingin mendaki tingginya gunung yang kebanyakan di awali dengan coba – coba karena pengaruh teman atau juga agar lebih dipandang hebat!

 

Memang, kegiatan petualangan, khususnya pendakian gunung pasti di awali dengan mencoba dan berpredikat pendaki pemula, tetapi setelahnya semoga bisa menjadi pendaki yang konservatif serta pendaki profesional. Dan berikut ini sedikit saran bagi pendaki pemula dan juga untuk menambah pengetahuan dengan hal sederhana bagi pendaki profesional sekalipun. Karena tidak bisa kita pungkiri, sekarang ini gunung bukan lagi tempat sulit untuk dikunjungi. Sudah banyak orang yang memilih gunung sebagai tujuan liburan. Tapi, tidak semua orang tahu hal – hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika naik gunung.

 

Berikut adalah tips dan perlengkapan dasar untuk mendaki gunug :

 

  1. SEPATU

Kebanyakan para pemula memakai sandal gunung ketika mendaki. Padahal, untuk mendaki gunung perlu menggunakan sepatu yang tertutup rapat agar kaki terlindungi dari hal – hal yang tidak diinginkan saat pendakian, seperti tergores kayu atau yang paling sering terjadi terhisap lintah. Jenis sepatu olahraga atau boots bisa menjadi pilihan.

 

  1. GUNAKAN KAOS

Saat mendaki gunung, ada baiknya Anda memakai baju berbahan kaos yang bisa menyerapkeringat dan berwarna terang. Kaos yang terang membantu Anda terhindar dari nyamuk dan membuat Anda lebih mudah dilihat oleh rekan sependakian.

 

  1. SENTER

Pencahayaan di gunung sangat minim, oleh karena itu penting bagi Anda untuk membawa senter. Lebih baik jika Anda membawaheadlamp atau senteryang bisa dipakai di kepala untuk mempermudah pergerakan.

 

  1. BAWALAH BARANG YANG PENTING SAJA

Usahakan jangan membawa lebih dari satu tas. Pilihlah barang apa saja yang penting untuk dibawa ketika naik gunung. Membawa barang yang belum tentu digunakan digunung, hanya akan menambah beban tas dan bisa menghambat pendakian, misalnyaboneka Doraemon segede gaban, tikar, ranjang, televisi 21 inch!

 

  1. BAWALAH PAKAIAN SECUKUPNYA

Ketika naik gunung, bawalah pakaian yang pasti diperlukan, seperti pakaian ganti, jaket, kaos kaki, dan jas hujan. Pakaian ganti yang dibawa jumlahnya disesuaikan dengan lama waktu kita berada di gunung, agar tidak memberatkan tas. Dan sebaiknya jangan membawapakaian berikut lemarinya.

 

  1. GUNAKAN ANTI NYAMUK

Nyamuk adalah binatang yang kosmopolit, bisa ditemukan dimana saja, termasuk gunung. Di gunung, nyamuknya berukuran besar – besar dan sangat sakit ketika menghisap darah. Untuk menghindari itu, Anda bisa menggunakan obat anti nyamuk oleh ke seluruh tubuh. Maka perjalanan Anda pun akan tenang tanpa harus takut di hisap nyamuk. Biasanya nyamuk hutan hanya satu, tetapi temannya yang banyak.

 

 

  1. JANGAN MEMAKAI PARFUM

Penting untuk diketahui para pendaki,jangan menggunakan parfum selama mendaki hingga turun gunung. Parfum bisa mengundang serangga – serangga yang ada di sekitar gunung mendekat dan mengikuti kemana saja Anda pergi. Sangat menganggu!

 

  1. ALAT MASAK

Alat masak memang diperlukan untuk menyiapkan makanan selama di gunung. Tapi, Anda tidak perlu membawa alat masak yang besar seperti rak piring, penggorengan dan alat masak yang merepotan dalam perjalanan. Cukup membawa alat masak yang praktis misalnya kompor portable agar tidak merepotkan selama berada di gunung.

 

  1. NAVIGASI DASAR

Sebagai orang yang dekat dengan alam, pengetahuan mengenai peta, kompas serta penggunaannya mutlak harus dimiliki. Perjalanan ketempat-tempat jauh dan tidak dikenal akan lebihmudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan arau tersesat digunung dan hutan, serta bencana alam. Navigasi darat adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik dimedan sebenarnya maupun dipeta. Oleh sebab itu, pemahaman kompas dan peta serta teknik penggunaannya harus dipahami.

 

  1. Peta

Secara umum, peta dinyatakan sebagai penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu. Peta sendiri kemudian berkembang sesuai kebutuhan dan penggunaannya. Untuk keperluan navigasi darat, umumnya dipakai Peta Topografi. Peta Topografi (Rupabumi) Kata topografi berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti gambar.

 

(Gambar Peta)

 

Peta topografi memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk-bentuk garis kontur. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Pada peta topografi disertakan pula berbagai keterangan yang akan membantu mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan.

 

  1. Judul Peta

Judul peta terdapat pada bagian atastengah peta. Judul peta penyatakan lokasi yang ditunjukan oleh peta yang bersangkutan. Lokasi berbeda maka judul berbeda pula.

 

  1. Nomor Peta

Nomor peta biasanya dicantumkan disebelah kanan atas peta. Selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk bila kita memerlukan daerah laindisekitar daerah yang dipetakan. Biasanya bagian bawah disertakan juga indeks nomor yang dicantumkam nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.

 

  1. Koordinat Peta

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis yang saling berpotongantegak lurus. Sistem koordinat yag resmi dipakai ada dua, yaitu :[1]

  • Koordinat Geografis (geographical Coordinate); Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (Bujur Barat dan Bujur Timur) yang tegak lurus dengan khatulistiwa, dan garis lintag (Lintang Selatan dan Lintang Timur) yang sejajar dengan khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
  • Koordinat Grid (grid Coordinate atau UTM); Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol ini terletakdisebelah Barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari Selatan ke Utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari Barat ke Timur.

 

Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 4 angka untuk daerah yang luas atau 6 angka untuk daerah yang lebih sempit.

 

  1. Kontur

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik sama dari muka laut.

  1. Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal pada lapangan.

  • Skala Angka

Contoh :

1 : 25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.

1 : 50.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 50.000 cm (500 m) jarak horizontal di medan sebenarnya

  • Skala Garis

Contoh :

  1. Tahun Peta

Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun bembuatanya, maka data yang disajikan akan semakin akurat.

  1. Arah Peta

Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara peta. Cara paling mudah yaitu dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah tulisan adalah arah Utara peta. Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah Utara peta, arah sebenarnya, dan utara magnetis. Untara sebenarnya menunjukan arah utara kutub bumi. Kutub utara megnetis menunjukan Kutub Utara magnetis bumi. Kutub utara magnetis bumi terletak tidak bertepatan dengan kutub utara bumi, kira-kira disebelah utara Kanada, di Jasirah Boothia. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ketahun. Utara magnetis adalah utara yang ditunjukan oleh jarum magnetis kompas. Untuk keperluan praktis utara peta, utara sebenarnya dan utara magnetis dapat dianggap sama.

Untuk keperluan yang lebih teliti, perlu dipertimbangkan adanya Ikhtilap peta, Ikhtilap magnetis, Ikhtilap peta magnetis dan variasi magnetis.

Ikhtilap Peta; Adalah beda sudut antara Utara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkanpada peta.

Ikhtilap Magnetis; Adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara magnetis.

Ikhtilap Peta Magnetis; Adalah beda sudut antara utara peta dengan utara magnetis bumi.

Variasi Magnetik; Adalah perubahan/pergeseran letak kutub magnetic bumi pertahun

  1. Legenda Peta

Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut. Yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, desa dan pemukiman, dll.

 

  1. Membaca Peta
    1. Sifat-sifat Garis Kontur

Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan menginterpretasikan peta, yaitu kemampuan membaca peta dan membayangkan keadaan medan sebenarnya. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa sifat garis kontur, sebagai berikut :

  • Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebutkan khusus hal-hal tertentu serta kawah.
  • Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.
  • Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapan kedua garis berubah.
  • Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang, sedangkan daerah terjal/curam mempunyai kontur rapat.

 

  1. Ketinggian Tempat

Menentukan ketinggian suatu tempat dapat dilakukan dengan cara : lihat interval kontur peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada ketentuan umum : interval komtur = 1/2000 skala peta, tetapi itu tidak selalu benar. Beberapa Topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 m) kemudian diperbesar menjadi skala 1 : 25.000 dengan interval kontur tetap 25m.

Dalam operasi SAR digunung hutan misalnya, sering peta diperbesar dengan cara diphoto copy. Untuk itu interval kontur harus tetap ditulis. Peta keluaran Bokosurtanal (1 : 50.000) membuat kontur tebal untuk tiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m, dst) atausetiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1 : 50.000) membuat garis kontur untuk setiap kelipatan 100 m (missal 100, 200, 300 m, dst). Peta keluaran Diktorat Geologi Bandung tidak seragam untuk penentuan garis konturnya. Jadi tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur tebal.

Bila ketinggian kontur tidak dicamtumkan, maka harus dihitung dengan cara : Cari 2 titik berdekatan yang harga ketinggiannya tercantum.

Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah). Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat ).

Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada di atas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. Bila kontur berada di bawahnya, harganya lebih kecil). Hitung harga kontur terdekatitu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari (3).

Lakukan perhitungan di atas beberapa kali sampai yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta Anda (kontur 1000,1250,1500, dan sebagianya) agar mudah mengingatnya.

 

  1. Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur, kita dapat juga mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya disebut titik triangulasi, yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan atau topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat pada waktu pembuatan peta.

 

  1. Mengenal Tanda Medan

Disamping tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta topografi kita biasa menggunakan bentuk atan bentangan dalam yang menyolok dilapangan dan mudah dikenali dipeta, yang kita sebut sebagai tanda medan. Beberapa tanda medan dapat anda “baca” dari peta sebelum berangkat kelokasi, tetapi kemudian anda harus cari lokasi dan dicocokkan di peta.

Puncak gunung atau bukit, pegunungan, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan yang mencolok.Punggung gunung/bukit terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur berbentuk “U” yang ujungnya melengkung menjauhi puncak.

Lembah dipeta terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk “V” yang ujungnya tajam dan menjorok kearah puncak.

Sadlle, daerah rendah dan luas terdapat antara dua ketinggian yang tidak terlalu ekstrim.

Col, merupakan daerah rendah dan sempit yang terdapat antara ketinggian.

Pass, merupakan celah yang memanjang yang membelah suatu ketinggian.

Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan, tebing-tebing ditepi sungai.

Belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.

Bila berada dipantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang yang menjorok kelaut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta, dan sebagianya.

Didaerah daratan atau rawa-rawa biasanya sukar mendapat tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Pergunakan belokan-belokan sungai, muara-muara sungai kecil.

Dalam menyusuri sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, deta, dan sebagianya, dapat dijadikan tanda medan.

Pengertian tanda medan ini mutlak dikuasai. Akan selalu digunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas.

  1. Kompas
  2. Pengertian Kompas

Kompas adalah alat yang berfungsi untuk menunjukkan arah mata angin. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan selalu menunjuk arah Utara-Selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lain selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjukan oleh jarum kompas tersebut adalah arah Utara Magnetis bumi. Jadi bukan utara bumi sebenarnya.

  1. Bagian-bagian kompas

Secara fisik, kompas terdiri dari :

  • Badan, tempat komponen-koponen kompas lainnya berada.
  • Jarum, selalu menunjukkan arah Utara – Selatan pada posisi bagaimanapun (dengan syarat, kompas tidak dipengaruhi oleh medan magnet laindan jarum tidak terhambat perputarannya).
  • Skala Petunjuk, menunjukan pembagian derajat sistem mata angin.

Berikut Bagian – bagian penting dari Kompas :

  1. Dial, adalah permukaan Kompas dimana tertera angka derajat dan huruf mata angin.
  2. Visir, adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik sasaran.
  3. Kaca Pembesar, digunakan untuk melihat derajat Kompas.
  4. Jarum Penunjuk adalah alat yang menunjuk Utara Magnet.
  5. Tutup Dial dengan dua garis bersudut 45o yang dapat diputar.
  6. Alat Penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang Kompas saat membidik.
  7. Jenis-jenis Kompas

Banyak macam kompas yang dapat dipakai dalam suatu perjalanan. Pada umumnya dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan dipeta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris (segitiga). Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan peta.kompas yang baik pada ujung jarumnya dilapis fosfor agar dapatterlihat dalam keadaaan gelap.

 

  1. Pemakaian Kompas

Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam pemakaian kompas pelu dijauhkan dari pengaruh-pengaruh benda-benda yang mengandung logam seperti pisau, golok,karabiner, tiang benda, jam tangan,dll. Benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.

Berikut metode pemakaian kompas :

  • Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak bergerak maka jarum tersebut dan menunjukkan ARAH UTARA MAGNET
  • Bidik sasaran melalui Visir, melalui celah pada, kaca pembesar, setelah itu miringkan kaca pembesar kira – kira bersudut 50o dengan kaca dial.Kaca pembesar tersebut berfungsi sebagai :
  1. Membidik ke arah Visir, membidik sasaran.
  2. Mengintai derajat Kompas pada Dial.
  • Apabila Visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan garis yang terdapat pada tutup Dial ke arah Visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah terlihat melalui kaca pembesar
  • Apabila sasaran bidik 30o maka bidiklah ke arah30o. Sebelum menuju sasaran, tetapkan terlebih dahulu Titik sasaran sepanjang jalur 30o. Carilah sebuah benda yang menonjol / tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab route ke 30o tidak selalu datar atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita Melambung ( keluar dari route ) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30 derajat.
  • Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahuluSasaran Balik (Back Azimuth atau Back Reading ) agar kita dapat kembali kepangkalan apabila tersesat dalam perjalanan.

Cara melihat Kompas dan membidik sasaranRumus Back Azimuth / Back Reading1. Apabila sasaran kurang dari 180 derajat = ditambah 180 derajat0 derajat – 180 derajat = X + 180 derajat2. Apabila sasaran lebih dari 180 derajat = dikurang 180 derajat180 derajat – 360 derajat = X – 180 derajatContoh :30 derajat sasaran baliknya adalah 30 derajat + 180 derajat = 210 derajat240 derajat sasaran baliknya adalah 240 derajat – 180 derajat = 60 derajat Mata AnginU = Utara : 0° atau 360°TL = Timur Laut : 45°T = Timur : 90° TG = Tenggara : 135°S = Selatan : 180°BD = Barat Daya : 225°B = Barat : 270°BL = Barat laut : 315°MENENTUKAN ARAH MATA ANGIN Menentukan arah mata angin ( Utara Magnet ) dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan tanpa menggunakankompas, antara lain :

  1. Makam / kuburan orang Islam.
  2. Tempat ibadah ( Masjid / Musholah ).
  3. Terbitnya matahari / bulan.
  4. Lumut pada pohon. ( sebelah kiri dan kanan batang pohon )
  5. Pucuk / ujung daun pada pohon.
  6. Silet, dll.

 

  1. Teknik Peta Kompas
    • Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis, menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit, sungai ataupun tanda-tanda medan lainnya. Atau dengan mengamati kondisi bentangan alam yang terlihat dan mencocokkannya dengan gambaran kontur yang ada di peta. Untuk keperluan praktis, utara kompas (utara magnetis) dapat dianggap satu titik dengan utara sebenarnya, tanpa memperhitung adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :

  • Cari tempat yang pemandangannya terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
  • Letakkan peta pada bidang datar.
  • Samakan utara peta dengan utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentangan alam yang dihadapi.
  • Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut didalam peta. Lakukan untuk beberapa tanda medan.
  • Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan sebenarnya maupun dipeta. Ingat hal-hal yag khas dari setiap tanda medan.
    • Resection

Prinsip resection : menentukan posisi kita dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak seluruh tanda medan harus dibidik, jika kita sedang berada ditepi sungai, sepanjang jalan, atausepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu mencari satu tanda medan lain yang dibidik.

Langkah-langkah resection :

  • Lakukan orientasi peta
  • Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal dua buah.
  • Dengan busur dan penggaris, buat salip sumbu pada tanda-tanda medan tersebut.
  • Bidik tanda medan tersebut dari posisi kita.
  • Pindahkan sudut bidikan yang didapat kepeta, dan hitung sudut pelurusnya.
  • Perpotongan garis yang ditarik dari sudut pelurus tesebut adalah posisi kita dipeta.

 

 

 

  • Intersection

Prinsip intersection : menentukan posisi suatu titik (benda) dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita harus sudah yakin pada posisi kita dipeta.

Langkah-langkah melakukan intersection:

  • lakukan orientasi, dan pastikan posisi kita.
  • bidik objek yang kita amati.
  • Pindahkan sudut yang didapat dipeta.
  • Bergerak keposisi lain, dan pastikan posisi tersebut dipeta. Lakukan langkah 2 dan 3
  • Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi objek yang dimaksud.

 

 

  • Azimuth – Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arahutara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Bila kita bejalan dari satu titik ketitik lain dengan sudut kompas yang tetap (istilah populernya “potong kompas”), maka harus diusahakan agar lintasannya berupa satu garis lurus. untuk itu digunakan teknik back-azimuth.

Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan kompas muka dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkah :

  • Titik awal dan titik akhir perjalanan diplot dipeta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung juga sudutdari titik akhir ke titik awal., kebalikan arah perjalanan. Sudut yang terakhir ini adalah sudut back-azimuth.
  • Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan (pohon besar, pohon tumbang, longsor tebing, susunan pohon khas, ujung kampung, dan sebagianya.
  • Bidik kompas sesuai dengan arah perjalanan kita (sudut kompas). Perhatikan tanda medan lain diujung lintasan yang akan dilalui pada arah itu.
  • Setelah sampai pada titik medan itu, bidik kompas kembali kebelakang (sudut back-azimuth) untuk mencek apakah anda berada pada lintasan yang diinginkan. Bergeserlah kekiri atau kekanan untuk mendapatkan “back-azimuth yang benar”

Sering kali tidak ada tanda medan yang dijadikan sasaran. Dalam hal ini anda seorang rekan dapat berfungsi sebagai tanda tersebut.

 

  1. Analisa perjalanan

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilalui, denan cara mempelajari peta yang dipakai. Yang perlu dianalisa adalah jarak, waktu, dan tanda-tanda medan.

 

  • Jarak

Jarak diperkirakan dangan menganalisa dan mempelajari peta. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jarak sebenarnya yang ditempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikan dengan skala untuk memperoleh jaraksebenarnya.

 

  • Waktu

Bila sudah dapat memperkirakan jarak, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Ada teori klasik untuk memperkirakan waktu tempuh ini, yaitu Hukum Naismith (lihat Ilmu Penaksiran)

  • Tanda Medan

Cari dan ingat tanda-tanda medan di peta yang mungkin bisa menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

  • Medan Tidak Sesuai Peta

Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa petanda salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambar dipeta, karena sungai itu kering dimusim panas. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lainnya yang mungkin terjadi.

 

Bila anda menjumpai ketidak sesuaian antara petadengan kondisi dilapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, cari tanda-tanda medan yang bisa dikenali. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada dipeta sehingga hal-hal lain yang dapat dianalisa akan terlupakan.

 

Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, menyusuri sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta topografi 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 umumnya cukup teliti.

 

  1. Altimeter

Altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi kompas sering tidakbanyak digunakan, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :

  • Setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti.
  • Altimeter sangat sensitive terhadap guncangan, cuaca, dan perubahan temperature.

 

  1. Menentukan Arah Tanpa Kompas

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menetukan arah apabila kompas tidak tersedia atau tidak dapat berfungsi :

  • Dengan tanda-tanda alam

Misalnya :

  • Kuburan Islam menghadap keutara
  • Mesjid menghadap kiblat, untuk Indonesia menghadap kebarat laut.
  • Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukan arah timur, karena sinar matahari yang belum terikpada pagi hari.
  • Dengan bayangan

 

 

Ada dua cara, keduanya dapat dipakai kapan saja selama ada cahaya matahari.

  • Pada lokasi datar dan terbuka, tancapkan tongkat (sekitas 1 meter) kedalam tanah, usahakan selurus mungkin. Tandai bayangannya sebagai satu titik. Tunggu sekitar 15 menit, dan tandai lagi bayangan yang baru. Hubungkan antara kedua titik, dan baris ini menunjukan arah barat (titik pertama) dan timur (titik kedua). Arah utara dapat ditentukan dari arah barat dan timur .
  • Cara kedua menghasilkan arah yang lebih teliti, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama. Sama seperti cara sebelumnya, namun tanda bayangan pertama didapat dipagi hari. Gambarkan busur dari titik tersebut dengan tongkat sebagai pusatnya. Pada siang hari bayangan akan memendek dan memanjang kembali pada sore hari. Garis antara kedua titik tersebut menunjukan arah barat (titik pada pagi hari) dan timur (pada titik sore hari)
  • Dengan Perbintangan
  • Perhatikan arah bulan , bintang dan matahari yang terbit dari timur dan terbenam dibarat.
  • Perhatikan rasi bintang crux (Bintang Salip atau Gubug Penceng). Perpanjangan garis diagonal yang memotong horizon dari tempa kita adalah selatan.

 

  1. Tempat Memperoleh Peta Topografi

Saat ini ada 3 instansi yang dapat mengeluarkan peta topografi untuk masyarakat umum, yaitu :

  • Direktorat Geologi Jalan Diponegoro No. 57 Bandung; Direktorat Geologi merupakan beberapa seri peta topografi yaitu : peta buatan Dinas Topografi Belanda (Topografische Dienst, Batavia dan Topografische Inliching, Batavia) hasil pemetaan tahun 1920-an.
  • Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal) di Cibinong, Jawa Barat. Bakorsurtanal menerbitkan peta topografi seri tersendiri yang dibuat tahun 1970-an, dan merupakan peta berwarna. Peta Sumatera 1 : 50.000 berwarna hampir seluruhnya selesai. Untuk Jawa akan diterbitkan peta 1 : 25.000 berwarna, namun baru sampai daerah ujung kulon. Irian 1 : 100.000 bekerjasama dengan Australia dan Inggris, berwarna.
  • Pusat Survey dan Pemetaan TNI (PUSURTA), mempunyai dan membuat peta topografi yang rinci. Permohonan harus menggunakan izin khusus.

 

 

 

 

 

 

 Pedoman Siswa Pecinta

Alam

Bagian 3

MOUNTENERRING

 

Mendaki gunung bukan olah raga biasa. Setidaknya setiap pendaki gunung harus cukup mentalnya, mempunyai ketrampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Hal ini karena tantangan yang dihadapi mempunyai kualitas tersendiri. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri sendiri dalam bersekutu dengan alam keras. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.

Sejak dua abad yang lalu, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal dan digemari oleh manusia. Dimulai sejak manusia harus melintasi bukit-bukit atau pegunungan, baik semasa peperangan maupun ketika melakukan tuntutan kehidupannya. Seperti yang dilakukan oleh Hanibal, panglima kerajaan Kartago, atas Pegunungan Alpen yang bersejarah. Atau petualangan yang dilakukan oleh Jengis Khan yang melintasi Pegunungan Karakoram dan Kaukasus untuk menuju Asia Tengah.

Dalam bentuknya seperti sekarang ini, pendakian yang gemilang untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 1786, ketika Dr. Paccard dan seorang pemandu Balmant berhasil mencapai Puncak Mount Blanc (4807 m), yang maksudnya sebagai pengamatan ilmiah.

Babak berikutnya, puncak-puncak Pegunungan Alpen mulai dijajagi oleh penggemar olah raga mendaki gunung, dan semakin populer setelah Sir Alfred Willis beserta kawan-kawannya pada tahun 1854 berhasil mencapai Puncak Watterhorn (3708 m). pendakian itu merupakan abad emas Alpinisme dan merupakan cikal bakal terbentuknya perkumpulan pendaki gunung tertua di dunia, British Alpine Club (1857).

Kemudian Edward Whymper, seorang pelukis Inggris memimpi pendakian ke Matterhorn (4478 m) pada tahun 1865. Pendakian tersebut dimaksudkan untuk membuat lukisan Pegunungan Alpen. Tetapi tragis, ketika mereka turun setelah keberhasilannya, tali pengaman putus sehingga merenggut 4 jiwa dari 7 anggota kelompoknya. Setelah pendakian yang penuh tragedi itu, mulailah para pendaki gunung mencoba mencapaipuncak-puncak lainnya.

Ketika puncak-puncak Pegunungan Alpen sudah sering didaki, para pendaki mulai mencari puncak lainnya, dan mengalihkan pilihan pada Pegunungan Himalaya. Sekelompok pendaki gunung Perancis, pada 1950 berhasil mencapai Puncak Annapurna I (8078 m). prestasi ini mendorong minat Kolonel John Hunt untuk memimpin ekspedisi mencapai Mount Everest (8848 m), puncak tertinggi di dunia yang ditemukan pada 1852 oleh Sir Andrew Vaugh (mengambil nama Everest untuk menghormati gurunya Sie George Everest).

Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, akhirnya Mount Everest dapat dicapai oleh Edmund Hillary dari Selandia Baru dengan bendera Inggris, Nepal, dan PBB bersama seorangpemandu dari Nepal Tenzing Norgay pada tanggal 29 Mei 1953.

Di Indonesia, pada tahun 1909 – 1911, suatu ekspedisi persatuan ahli-ahli burung dari Inggris menembus rimba Irian dari arah Selatan, menuju gugusan pegunungan salju Jayawijaya. Mereka tinggal selama 16 bulan, tetapi kembali dengan kegagalan.

Ekspedisi Van der Pie pada tahun berikutnya mengambil arah dari sebelah Timur, dan juga mengalami kegagalan. Tahun 1912, Dr. Walaston dengan jalur Utara Lembah Itakwa berhasil mencapai ketinggian 3000 meter, namum belum berhasil mencapai Puncak Cartenz Pyramide. Ekspedisi berikutnya lebih berhasil di bawah pimpinan Dr. A. H. Colijin, mencapai Puncak NggaPulu (4862 m) di dinding Utara gletser es Puncak Jaya pada tahun 1936.

Pendakian itu membuka lembaran sejarah baru bagi pendakian di Indonesia. Tetapi lama setelah itu, ekspedisi dari Selandia Baru di bawah pimpinan Henrich Harreu pada 1962 berhasil mencapai puncak bersalju Cartenz Pyramide (4884 m). Tanggal 1 Maret 1964, Sugirin, Soedarto dan Fred Athaboe bersama Tazuke dan kawan-kawannya dari Jepang yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih berhasil mencapai Puncak Ngga Pulu yang kemudian diberi nama Puncak Soekarno di pegunungan tengah Jayawijaya.

Masih di tahun yang sama pada bulan Mei, Wanadri di Bandung diresmikan sebagai perkumpulan penempuh rimba dan pendaki gunung, dan Mapala UI di Jakarta di penghujung tahun yang sama. Dan secara serempak kemudian bermunculan perkumpulan lainnya serupa di berbagai kota di bumi.

 

  1. JENIS-JENIS PENDAKIAN/PERJALANAN

Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkat dan kualifikasinya. Seperti yang sering kita dengar adalah istilah mountaineering atau istilah serupa lainnya. Istilah yang keren itu membuat kita tersipu, karena artinya begitu luas, misalnya mencakup pengertian perjalanan mulai melintasi bukit hingga melakukan ekspedisi ke Himalaya.

Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :

  • Hill Walking/Feel Walking

Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian. Hal utama adalah jalur pendakian sudah tersedia. Perjalanan ini dapat memakan waktu sampai beberapa hari, sehingga ketrampilan memilih tempat berbivak sangat diperlukan, atau kadang-kadang sudah tersedia.

Contoh : perjalanan ke puncak Gunung Gede.

  • Scrambling

Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan. Untuk pemula, tali kadang-kadang harus dipasang untuk pengamanan dan mempermudah gerakan.

Contoh : perjalanan di sekitar puncak Gunung Gede jika melalui jalur Cibodas. Tali dipasang selain sebagai pengaman, juga untuk mempermudah perjalanan ke puncak.

  • Climbing

Dikenal sebagai suatu perjalananpendek yang umumnya tidak memakan waktu lebih dari 1 hari, hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung yang praktis. Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan. Bentuk climbing ada dua macam :

  • Rock Climbing;Pendakian pada tebing-tebing batuatau dinding karang. Jenis pendakian ini akan diuraikan lebih lanjut, karena jenis pendakian inilahyang umumnya ada di daerah tropis.
  • Snow and Ice Climbing; Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini peralatan-peralatan khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampon, dan lain-lain.
    • Mountaineering

Merupakan gabungan perjalanan dari semua bentuk pendakian di atas. Bisa memakan waktu berhari-hari, bahkan sampai berbulan-bulan. Di samping pengetahuan teknik mendaki dan pengalaman mendaki, perlu juga dikuasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, dan lain-lain. Contoh : ekspedisi ke Himalaya.

 

  1. TEKNIK DASAR PENDAKIAN/ROCK CLIMBINGA.

Teknik MendakiTeknik memanjat pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa sehingga cukup stabil, memberi peluang untuk bergerak, dan dapat bertahan lama (tidak melelahkan). Dengan demikian kita dapat melakukan pendakian dengan tepat, aman, dan sedapat mungkin cepat.

Stabilitas atau keseimbangan kedudukan badan muncul sebagai hasil hubungan antara berat badan dan gaya tumpuan atau pegangan yang adapada permukaan tebing. Pengaturan letak badan, gaya tumpuan dan pegangan menentukan kestabilan yang diperoleh. Peluang gerak untuk mendaki lebih lanjut ditentukan oleh kemampuan menempatkan tubuh pada tempat yang cocok untuk kondisi medan yang dihadapi.

Pada umumnya dinding tebing terdiri dari bermacam cracks dan ledges. Karena pengaruh iklim, suhu, angin, serta faktor lainnya, dinding tebing mengalami kontraksi dan ekspansi yang menyebabkan munculnya celah mulai dari yang kecil/sempit sampai yang panjang/lebar. Dinding sering mengalami erosi sehingga mengalami kekasaran dan ketidakrataan permukaan. Kekasaran dan ketidakrataan ini dapat dipergunakan sebagai tumpuan/injakan maupun pegangan. Karena bermacamnya kondisi permukaan tebing ini, maka teknik memanjat dikelompokkan berdasarkan tiga kategori umum. Pengelompokkan ini sesuai dengan bagian tebing yang dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan.

 

 

  1. Face Climbing

Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakkan kaki maupun pegangantangan. Para pendaki pemula biasanya mempunyai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian besar berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badannya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak biasa digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir. Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.

  1. Friction/Slab Climbing

Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertikal, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesek terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.

  1. Fissure Climbing

Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut :

  • Jamming adalah teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
  • himneying adalah teknik memanjat celah vertikal yang cukup lebar (chimney). Badan masuk di antara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahanberat badan.
  • Bridging adalah teknik memanjat pada celah vertikal yang lebih besar (gullies). Caranya denganmenggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi senagai penjaga keseimbangan.
  • Lay Back adalah teknik memanjat pada celah vertikal dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini, jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menempatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik ke belakang dan kaki mendorong ke depan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.

 

 

 

Teknik-teknik lain yang sering digunakan dalam pendakian tebing adalah :

  • Hand Traverse adalah teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Halini dilakukan bila tempat pegangan yang ideal sangat minim dan memanjat vertikal sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tergantung pada pegangan tangan. Sedapatmungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakankaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih merata.
  • Mantelself adalah teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi, namun cukup besar dan dapat diandalkan untuk tempat berdiri selanjutnya. Kedua tangan dipergunakan untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada, maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan, untuk mengangkat berat badan, yang dibantu dengan dorongan kaki.

Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dasar, yaitu :

  • Mengamati, mengenal medan, dan menentukan lintasan/rute yang akan dilalui, baik secara keseluruhan maupun selangkah, yang sangat menentukan untuk langkah berikutnya. Permukaantebing yang banyak memiliki tangga-tangga (teras kecil), tonjolan, lekukan, dan celah serta sudut (corner) merupakan lintasan-lintasan yang mungkin untuk dilalui.
  • Memikirkan teknik yang akan dipakai secara keseluruha maupun selangkah demi selangkah. Teknik tersebut merupakan pemikiran atau hasil pengamatan dari lintasan yang dilihat (apakah adachimney, crack, dan sebagianya).
  • Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan.
  • Gerak memanjat yang sesuai dengan lintasan dan teknik yang dibicarakan.

 

Dengan kegiatan dasar di atas kita dapat mengerti dan menyadari apa saja sesungguhnya masalah yang ada selama pendakian, sehingga dengan demikian kita dapat mempersiapkan dan berlatih serta selalu mengembangkan kemampuan dengan lebih terarah dan efektif.

Ketika mulai mendaki dan sedang mendaki sering sekali kita dihadapkan pada tonjolan atau celah yang berbeda-beda jarak jangkauannya. Usahakanjangan menjangkau terlalu jauh, sehingga berat badan masih tetap terkonsentrasi pada bidang tumpuan. Gerakan yang terlalu cepat dan tergesa-gesa bisa berbahaya. Ketangkasan bergerak adalah hasil latihan yang teratur dan terarah, bukan dari ketergesa-gesaan.

Dalam pergerakan menyilangkan kaki akan dapat menghilangkan keseimbangan, dan biasanya sulit dilakuakan. Penting sekali selalu bergerak dengan 3 bagian anggota badan tetap pada tumpuan sementara 1 anggota badan mencari tumpuan baru. Gerakan ini dikenal dengan gerakan “tiga satu”. Sebelum bertumpu pada suatu pegangan, hendaknya selalu dicoba atau diperiksa terlebih dahulu, apakah kuat atau tidak menahan badan.

 

 

  1. PEMBAGIAN PENDAKIAN BERDASARKAN PEMAKAIAN ALAT
  1. Free Climbing

Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya ketrampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Dengan latihan yang baik, otot-otot tangan dan kaki akan cukup kuat dan terlatih. Begitu pula dengan keseimbangan badan dan gerakan-gerakan, akan terlatih dengan sendirinya. Disamping itu kita dapat memperkirakan kemampuan kita dan memperhitungkan lintasan yang akan dilalui. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman. Tali, carabiner, sling, chock, dan piton tetap dipakai, tetapi hanya berfungsi sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaannya, ia bergerak sambil memasang, jadi kalaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.

 

  1. Free Soloing

Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukannya degan segala risiko yang siap dihadapinya seorang diri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakuakan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk-bentuk pergerakan pada rute yang dilaluinya. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan atau pegangan. Sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Risiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar profesional yang akan melakukannya.

 

 

 

  1. Artificial Climbing

Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dan lain-lainnya. Peralatan tersebut harus dipergunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai, misalnya menghadapi medan yang blank (tanpa ada tonjolan atau tumpuan). Peralatan berfungsi sebagai pengaman dan juga untuk mendapatkan tunpuan, pendakian dilakuakan secara berkelompok, pembagian tugas jelas antara leader dan belayer. Peralatan dan metode yang digunakan dimulai dari yang paling sederhana dan tepat. Kemampuan untuk bergerak cepat dan aman bukan disebabkan oleh adanya peralatan yang supermodern, tetapi lebih pada penggunaan teknik yang baik.

 

  1. SISTEM PENDAKIAN

Himalayan Style; Sistem pendakian yang biasanyadengan rute yang panjang, sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim.

Alpine Style;Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karenapara pendaki tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bisa membuat fly camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).

 

  1. TEKNIK TURUN/RAPPELING

Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang sepenuhnya bergantung pada peralatan. Prinsip rappeling adalah sebagai berikut :

  • Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
  • Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
  • Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan turun.

 

  1. Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling
  1. Body Rappel; Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang bergesekan akan terasa panas.
  2. Brakebar Rappel; Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender (figure 8). Pemakaiannya hampir sama, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.
  3. Sling Rappel; Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain,dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang dianjurkan adalah jenis Italian Hitch.
  4. Arm Rappel/Hesti; Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.

 

Dalam rappeling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :

  • Periksa dahulu anchornya.
  • Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
  • Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
  • Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.
  • Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.

 

  1. PERALATAN PENDAKIAN
    • Tali Pendakian

Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Mengingat fungsi yang begitu penting, tali haruslah kuat. Kekuatan tali ini tergantung dari diameter (ukuran tali) dan pabrik pembuatnya. Dianjurkan, jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalampendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader da belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10 – 11 mm, tetapi sekarang ada tali pendakian yang mempunyai kekuatan sama, yang berdiameter 9,8 mm. Untuk penggunaan double rope digunakan tali dengan diameter 8 – 9 mm. Ada dua macam tali pendakian, yaitu :

Static Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 2 – 5 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku. Umumnya berwarna putih atau hijau. Tali statik digunakan untuk rappeling.

Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5 – 15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna menyolok (merah, jingga, ungu). Pada penggunaannya, digunakan oleh pendaki pertama (leader) sebagai pengaman dan dipasang di pengaman-pengaman yang telah dipasang (chock,piton, dan sebagianya) dengan bantuan carabiner dan sling.

Perawatan tali adalah dengan menggantungkan atau disimpan di tempat kering. Bila basah, dikeringkan dengan diangin-anginkan, jangan terkena sinar matahari secara langsung. Apabila kotor, tali ini dapat dicuci dengan cara menggosok atau menyikat dengan sikat halus. Jangan sampai merusak mantelnya. Tali kernmantel masih dapat dipakai dalam pendakian apabila mantel pada tali masih utuh, sehingga bagian dalam masih terlindungi.

Hal yang berkaitan dengan tali pada pendakian adalah simpul. Simpul-simpul yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

  • Mudah dibuat
  • Cepat untuk dikuasai
  • Aman (kuat) dan mudah untuk dibuka

Beberapa jenis simpul yang harus dikuasai :

  • Carabiner

Carabiner adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D dan mempunyai gate yang berfungsi sebagai peniti. Dibuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan bervariasi sesuai dengan desain pabrik pembuatnya. Biasanya kekuatan suatu carabiner tercantum pada alat tersebut. Ada dua jenis carabiner, yaitu :

  1. Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman)
  2. Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)

Kekuatan carabiner terletak pada pen yang ada, sehingga jika pen suatu carabiner sudah longgar, sebaiknya jangan dipakai.

  • Sling

Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :

  • Sebagai penghubung.
  • Membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
  • Mengurangi gaya gesek/memperpanjang pointMengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
  • Descender

Sebuah alat berbentuk angka delapan, terbuat dari alumunium alloy. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau untuk rappeling.

  • Ascender

Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk naik pada tali.

 

  • Harnes/Tali Tubuh

Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :

  • Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
  • Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.

Harnes ada yang dibuat dengan merangkai webbing atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.

  • Sepatu

 

 

 

Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :

  1. Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-celah.

Contohnya : EB, Dolomite.

  1. Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya Combat boot (sepatu tentara). Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
  • Anchor (Jangkar)

Anchor adalah alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada anchor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :

  1. Natural Anchor, bisa merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan – tonjolan batuan, dan sebagianya.
  2. Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.

 

  

  1. PERALATAN-PERALATAN LAIN YANG MENDUKUKNG PENDAKIAN

 

 

  1. CLIMBING CALL (ABA-ABA PENDAKIAN)

Aba-aba pendakian digunakan agar ada kerja sama yang baik antara leader dengan belayer. Aba-aba pendakian meliputi :

  • Climbing when you’re ready
  • Climbing
  • OK
  • Take in
  • Slack
  • Rock
  • Fall

 

  1. PROSEDUR PENDAKIAN

Tahapan-tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah-langkah sebagai berikut :

  • Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
  • Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
  • Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil/memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akandilalui oleh dirinya sendirir dan pendaki berikutnya.
  • Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatuh. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
  • Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
  • Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang anchor.
  • Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Pedoman Siswa Pecinta

Alam

Bagian 4

MEDIS

 

  1. Metode P3K Di Alam Bebas

Metode P3K Di Alam Bebas berikut ini adalah sebuah metode penanganan atau penanggulanganpertama pada satu gangguan ataupun kecelakaan yang biasa terjadi saat berkegiatan di alam bebas. Banyak yang sebenarnya mudah kita lakukan, tetapi jarang yang mau ataupun sigap dalam melakukan pertolongan pertama dan awal apabila ada rekan lain yang mengalami kecelakaan di alam terbuka.

Berikut Kasus – Kasus Kecelakaan Atau Gangguan Dalam Kegiatan Alam Terbuka.

  1. PINGSAN ( Syncope / collapse )

Yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi ( kekurangan cairan tubuh ), hiploglikemia, animea. Gejala : Perasaan limbung Pandangan berkunang – kunang· Telinga berdenging Nafas tidak teratur Muka pucat· Biji mata melebar Lemas Keringat dingin Menguap berlebihan Tak respon ( beberapa menit ) Denyut nadi lambat

Penanganan :

  • Baringkan korban dalam posisi terlentang
  • Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
  • Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
  • Beri udara segar
  • Periksa kemungkinan cedera lain
  • Selimuti korban
  • Korban diistirahatkan beberapa saat
  • Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi>> posisi stabil >> Rujuk ke instansi kesehatan
    1. DEHIDRASI

Yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai denganelektrolit ( K, Na, Cl, Ca ). Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan / banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.

Gejala dan tanda Dehidrasi ringan Defisit cairan 5% dari berat badan Penderita merasa haus Denyut nadi lebih dari 90x / menit Dehidrasi sedang Defisit cairan antara 5 – 10% dari berat badan, Nadi lebih dari 90x / menit Nadi lemah Sangat haus, Dehidrasi berat, Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan, Hipotensi, Mata cekung, Nadi sangat lemah, sampai tak terasa, Kejang – kejang

Penanganan :

  • Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
  • mengganti elektrolit yang lemah
  • Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
  • Memberantas penyebabnya
  • Rutinlah minum jangan tunggu haus.
    1. ASMA

Yaitu penyempitan / gangguan saluran pernafasan.Gejala· Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas, Canned be heard the voice of the additional breath (Kalengan menjadi terdengar suara dari nafas tambahan), Otot Bantu nafas terlihat menonjol ( dileher ), Irama nafas tidak teratur· Terjadinya perubahan warna kulit ( merah / pucat/ kebiruan / sianosis ), Kesadaran menurun ( gelisah / meracau )

Penanganan :

  • Tenangkan korban
  • Bawa ketempat yang luas dan sejuk
  • Posisikan ½ duduk
  • Atur nafas
  • Beri oksigen ( bantu ) bila diperlukan
    1. PUSING / VERTIGO / NYERI KEPALA

Yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan,kelaparan, gangguan kesehatan dll.Gejala : Kepala terasa nyeri / berdenyut, Kehilangan keseimbangan tubuh, Lemas

Penanganan :

  • Istirahatkan korban
  • Beri minuman hangat
  • beri obat bila perlu
  • Tangani sesuai penyebab
    1. MAAG / MUAL

Yaitu gangguan lambung / saluran pencernaan.

Gejala : Perut terasa nyeri / mual, Berkeringat dingin, Lemas

Penanganan :

  • Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
  • Beri minuman hangat ( teh / kopi )
  • Jangan beri makan terlalu cepat

 

    1. LEMAH JANTUNG

Yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.

Gejala : Nyeri di dada, Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk, Kadang sampai tidak merespon terhadap suara, Denyut nadi tak teraba / lemah, Gangguan nafas, Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung, Kepala terasa ringan, Lemas, Kulit berubah pucat / kebiruan, Keringat berlebihanTidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung, Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.

Penanganan :

  • Tenangkan korban
  • Istirahatkan
  • Posisi ½ duduk
  • Buka jalan pernafasan dan atur nafas
  • Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
  • Jangan beri makan / minum terlebih dahulu
  • Jangan biarkan korban sendirian ( harus ada orang lain didekatnya )
    1. HISTERIA

Yaitu sikap berlebih – lebihan yang dibuat – buat ( berteriak, berguling – guling ) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.

Gejala : Seolah – olah hilang kesadaran, Sikapnya berlebihan ( meraung – raung, berguling – guling di tanah ), Tidak dapat bergerak / berjalan tanpa sebab yang jelas.

Penanganan :

  • Tenangkan korban
  • Pisahkan dari keramaian
  • Letakkan di tempat yang tenang
  • Awasi

  

  1. MIMISAN

Yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim ( terlalu panas / terlalu dingin )/ kelelahan / benturan.

Gejala : Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri, Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah, Kadang disertai pusing.

Penanganan :

  • Bawa korban ke tempat sejuk / nyaman
  • Tenangkan korban
  • Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
  • Diminta bernafas lewat mulut
  • Bersihkan hidung luar dari darah
  • Buka setiap 5 / 10 menit.
  • Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama

 

    1. KRAM

Yaitu otot yang mengejang / kontraksi berlebihan.

Gejala : Nyeri pada otot, Kadang disertai bengkak

Penanganan :

  • Istirahatkan
  • Posisi nyaman
  • Relaksasi
  • Pijat berlawanan arah dengan kontraksi

 

  1. MEMAR

Yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.

Gejala : Warna kebiruan / merah pada kulit, Nyeri jika di tekan, Kadang disertai bengkak.

Penanganan :

  • Kompres dingin
  • Balut tekan
  • Tinggikan bagian luka
    1. KESELEO

Yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.

Gejala : Bengkak, Nyeri bila tekan, Kebiruan / merah pada derah luka, Sendi terkunci, Ada perubahan bentuk pada sendi.

Penanganan :

  • Korban diposisikan nyaman
  • Kompres es / dingin
  • Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
  • Tinggikan bagian tubuh yang luka

 

 

    1. LUKA

Yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba – tiba karena kekerasan / injury.

Gejala : Terbukanya kulit, Pendarahan, Rasa nyeri.

Penanganan :

  • Bersihkan luka dengan antiseptic ( alcohol / boorwater )
  • Tutup luka dengan kasa steril / plester
  • Balut tekan ( jika pendarahannya besar )
  • Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:

  1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada, Keluarkan tanpa menyinggung luka, Kasa / balut steril ( jangan dengan kapas atau kain berbulu ) Evakuasi korban ke pusat kesehatan
  2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

 

    1. PENDARAHAN

Yaitu keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja, dan waktu apa saja.

Penghentian darah dengan cara :

  1. Tenaga / mekanik, misal menekan, mengikat, menjahit dll
  2. Fisika : Bila dikompres dingin akan mengecil dan mengurangi pendarahan, Bila dengan panas akan terjadinya penjedalan dan mengurangi
  3. Kimia : Obat – obatan
  4. Biokimia : vitamin K
  5. Elektrik : diahermik

 

  1. PATAH TULANG / FRAKTUR

Yaitu rusaknya jaringan tulang, secara keseluruhan maupun sebagian.

Gejala : Perubahan bentuk, Nyeri bila ditekan dan kaku, Bengkak, Terdengar / terasa ( korban ) derikan tulang yang retak/patah, Ada memar ( jika tertutup ), Terjadi pendarahan ( jika terbuka ) Jenisnya, Terbuka ( terlihat jaringan luka ) Tertutup.

Penanganan :

  • Tenangkan korban jika sadar
  • Untuk patah tulang tertutup
  • Periksa Gerakan (apakah bagian tubuh yang lukabisa digerakan/diangkat)Sensasi ( respon nyeri )Sirkulasi ( peredaran darah )
  • Ukur bidai disisi yang sehat
  • Pasang kain pengikat bidai melalui sela – sela tubuh bawah
  • Pasang bantalan didaerah patah tulang
  • Pasang bidai meliputi 2 sendi disamping luka
  • Ikat bidai
  • Periksa GSS
  • Untuk patah tulang terbuka
  • Buat pembalut cincin untuk menstabilkan posisi tulang yang mencuat
  • Tutup tulang dengan kasa steril, plastik, pembalut cincin
  • Ikat dengan ikatan V
  • Untuk selanjutnya ditangani seperti pada patah tulang tertutup
  • Tujuan Pembidaian
  • Mencegah pergeseran tulang yang patah
  • memberikan istirahat pada anggota badan yang patah
  • mengurangi rasa sakit
  • Mempercepat penyembuhan

 

    1. LUKA BAKAR

Yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda – benda yang menghasilkan panas ( api, air panas, listrik, atau zat – zat yang bersifat membakar)

Penanganan :

  • Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen.
  • Perhatikan keadaan umum penderita
  • Pendinginan, Membuka pakaian penderita / korban.
  • Merendam dalam air atau air mengalir selama 20atau 30 menit.
  • Untuk daerah wajah, cukup dikompres air, Mencegah infeksi Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat melekat pada luka Penderita dikerudungi kain putih Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air seperti mentega, kecap dll
  • Pemberian sedative / morfin 10 mg im diberikan dalam 24 jam sampai 48 jam pertama
  • Bila luka bakar luas penderita dikuasakan
  • Transportasi kefasilitasan yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam satu jam bila tidak memungkinkan masih bisa dilakukan dalam 24 – 48 jam pertama dengan pengawasan ketat selamaperjalanan.
  • Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh.
    1. HIPOTERMIA

Yaitu suhu tubuh menurun karena lingkungan yang dingin.

Gejala : Menggigil / gemetar, Perasaan melayang, Nafas cepat, nadi lambat, Pandangan terganggu, Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat

Penanganan :

  • Bawa korban ketempat hangat
  • Jaga jalan nafas tetap lancar
  • Beri minuman hangat dan selimut
  • Jaga agar tetap sadar
  • Setelah keluar dari ruangan, diminta banyak bergerak ( jika masih kedinginan )

 

    1. KERACUNAN MAKANAN DAN MINUMAN

Gejala : Mual, muntah, Keringat dingin, Wajah pucat / kebiruan.

Penanganan :

  • Bawa ke tempat teduh dan segar
  • Korban diminta muntah
  • Diberi norit4. Istirahatkan
  • Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik

 

    1. GIGITAN BINATANG

Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatuyang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa ( beracun ) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.

Pertolongan Pertamanya adalah: Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik, Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut.

Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya: Gigitan UlarTidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita / korban tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa / racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:

  1. Hematotoksin ( keracunan dalam )
  2. Neurotoksin ( bisa / racun menyerang sistem saraf )
  • Histaminik ( bisa menyebabkan alergi pada korban )

Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukarbernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata – rata penderita biasanya takut mati.Penanganan untuk Pertolongan Pertama:

  1. Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.
  2. Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
  3. Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet / toniket dikendorkan setiap15 menit selama + 30 detiko Letakkan daerah gigitan dari tubuho Berikan kompres eso Usahakan penderita setenang mungkin bila perludiberikan petidine 50 mg / im untuk menghilangkan rasa nyeri
  4. Perawatan luka Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panaso Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan ( selama tidak ada luka di mulut ).
  5. Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa ( antifenin )
  6. Perbaikan sirkulasi daraho Kopi pahit pekato Kafein nabenzoat 0,5 gr im /ivo Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
  7. Obat – obatan laino Atso Toksoid tetanus 1 mlo Antibiotic misalnya: PS 4:1Gigitan Lipan Ciri – ciri :
  1. Ada sepasang luka bekas gigitan
  2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4 -5 jam

Penanganan :

  • Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
  • Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pedoman Siswa Pecinta

Alam

Bagian 5

BIVAK & PERBEKALAN

 

  1. Rumah Sementara Di Alam Bebas

Rumah Sementara Di Alam Bebas adalah Bivak. Sekilas pandang memang sederhana dan berkesan apa adanya. Tetapi membuat bivak menjadi penting untuk hal – hal darurat. Walaupun untuk masa sekarang,peranan bivak kalah dengan penggantinya, yakni Tenda Dome. Tetapi menjadi penting apabila suatu saat kita tidak membawa peralatan tidur dantenda.

Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membuat bivak, yaitu jangan sekali – kali membuat bivak pada daerah yang berpotensi banjir pada waktu hujan. Di atas bivak hendaknya tak ada pohon atau cabang yang mati atau busuk. Ini bisa berbahaya kalau runtuh. Juga jangan di bawah pohon kelapa karenajatuhnya kelapa bisa saja terjadi tiba – tiba.

Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak. Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya akan menentukan kenyamanan.

Bahan dasar untuk membuat bivak bisa bermacam – macam. Ada yang dibuat dari ponco ( jas hujan plastik ), lembaran kain plastik atau memanfaatkan bahan – bahan alami, seperti daun – daunan, ijuk, rumbia, daun palem, dan lainnya. Tapi yang paling penting, kesemua bahan dasar tadi sanggup bertahan ketika menghadapi serangan angin, hujan atau panas.

Selain bahan yang bermacam – macam, bentuk bivak pun amat beragam. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan. Tak harus berbentuk kerucut atau kubus, modelnya bisa apa saja. Ini amat bergantung pada kreativitas kita sendiri. Membuat bivak merupakan seni tersendiri karena kreasi dan seni seseorang bisa dicurahkan pada hasilnya. Sebagai contoh, o­ne man bivak. Pembuatannya dengan menancapkan kayu cagak sebagai tiang pokok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Letakkan di atasnya sebatang kayu yang panjangnya kira – kira dua meter. Ujungnya diikat kuat yang biasanya memakai patok. Lalu sandarkan potongan kayu yang lebih kecil di atasnya, yang berfungsi untuk menahan dedaunan yang akan jadi atap ”rumah” kita.

Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing atau batu yang cukup dalam, lubang – lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih gua, sebaiknya kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tidak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya. o­ne man bivak Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat – tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan – bahan alami. Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk.

 

  1. Tips Membuat Tenda

Tips Membuat Tenda layak kita ketahui. Tidak hanya bagi para petualang rimba belantara dan tingginya gunung, tetapi juga bisa diterapkan bagi yang menyukai berkemah / membuka tenda dalam berwisata di alam bebas. Walaupun kita tahu bahwa tenda dome di masa sekarang telah dibuat semaksimal mungkin untuk meminimalisir aneka bahaya di alam terbuka.

 

  1. PILIH LOKASI YANG TEPAT

Carilah tempat terbuka seperti lapangan untuk mendirikan tenda. Hal ini penting untuk Anda bisa melihat sekeliling dan menerima sinar Matahari pagi keesokan harinya. Akan lebih baik jika Anda menemukan lokasi yang dekat dengan air mengalir seperti sungai, untuk memenuhi kebutuhan air selama camping. Dengan dataran terbuka yang cukup luas, Anda juga bisa membuatapi unggun tak jauh dari tenda.

 

  1. PERHATIKAN KONTUR DAN KONDISI DATARAN

Bagi yang menggunakantenda berpasak atau tenda Pramuka, Anda tak mungkin membangun tenda di tanah yang gembur, becek, atau bahkan terlalu keras. Tanah yang terlalu keras membuat patok yang ditancapkan tak bisa masuk jauh ke dalam tanah.Pilihlah tempat berkemah di tanah yang tak terlalukeras, namun cukup untuk patoknya menancap dengan kuat.

 

  1. DIRIKAN TENDA SEBELUM HARI GELAP

Membangun tenda membutuhkan ketelitian karena beberapa bagiannya cenderung tajam. Oleh karena itu, Anda sebaiknya mulai membangun tenda sebelum hari beranjak gelap sekitar pukul 18.00. Membangun tenda ketika gelap bisa berakibat fatal, termasuk kecelakaan.

 

 

 

  1. PILIH LOKASI TEPAT UNTUK MEMBUAT API UNGGUN

Tenda dan barang – barang Anda harus berada minimal 3 meter jauhnya dari api unggun. Semua barang harus dijauhkan dariapi unggun,termasuk minyak, spiritus, atau bahan – bahan mudah terbakar lainnya. Jangan lupa untuk membuat api unggun di tanah yang cenderung kering. Jangan lupa juga, matikan api unggun dengan benar sebelum meninggalkan area perkemahan.

 

  1. WASPADA DENGAN HEWAN LIAR

Baik itu serangga maupun hewan berbahaya seperti ular, bisa saja masuk ke dalam tenda. Triknya, ambillah segenggam garam lalu taburkan di sekitar tenda untuk menghindari hewan melata. Jika terdengar suara binatang buas, Anda bisa mengarahkan senter ke arah datangnya suara tersebut untuk mengusirnya. Jangan tinggalkan bekas makanan, minuman, atau sampah lain di luar tenda. Jika ingin terhindar dari serangga, jangan gunakan parfum atau wewangian pada kulit maupun pakaian.

 

  1. Tips Bila Kehabisan Bekal Air Dalam Petualangan

Kehabisan bekal air dalam petualangan adalah hal yang cukup membahayakan, karena apabila air habis, otomatis rasa haus menghantui dan badan akan mudah lelah serta lemas. Dehidrasi dalam perjalanan petualangan wajib kita hindari, agar tidak menimbulkan dampak yang tidak kita inginkan. Sebaiknya kuatkan hati agar tidak boros dalam pemakaian bekal air kita. Ingat, yang utama hindari boros penggunaan air untuk hal apapun, apalagi saat berada di tengah alam terbuka, semisal pendakian gunung. Rasanya tidak perlu kita Creambath atau Facialsaat pendakian gunung! Bila sudah kehabisan persediaan air, lakukan langkah – langkah sebagai berikut:

  1. Periksa peta Anda untuk biru berlekuk – lekuk yaitu tanda – sungai dan anak sungai.
  2. Pencarian di bawah permukaan kerikil dan sungai kering.Gali sepanjang tepi luar darikurva tajam, atau cerukan di dalam, di mana air pernah lebih dalam, dan sepanjang dasartebing. Anda mungkin menemukan kelembaban.
  3. Carilah pohon dan semak – semak gumpalan besar. Hal ini menunjukkan rembesan terdekat atau di bawahnya. Jika Anda menemukanpasir lembab, terus menggali. Atau pohon di bagian barat / membelakangi Matahari terbit menunjukkan air yaitu padalumut yang tebal, Kaktus yang dengan bantalan besar sebagai daunnya. Atau padapohon rotan, pohon pisang hutan, pohon bambu, pohon beringindan pohon besar lainnya
  4. Sebuah lembah ngarai dalam panjang sering dibentuk oleh air, sehingga air di ada di sana.
  5. Selembar plastik atau kain untuk menampung embun di malam hari atau hujan atau untuk membungkus daun pohon yang mengalamiphotosintesis di malam hari.

Jangan panik dan kita harus bisa mengetahui air dalam survival Air. Survival Air adalah hal penting di dalam suatu survival, bila kita kekurangan air, maka ancaman dehidrasi atau kekurangan cairan. Kita bisa bertahan hidup selama kurang lebih 20 hari tanpa makanan, tetapi bila tanpa air, kita hanya bisa bertahan kurang lebih selama 5 hari saja.

  • PENCARIAN AIR
    • Pada tanah berbatu . Cari mata air pada daerah karst. Dari saluran air pada dinding lembah yang memotong lapisan berpori. Pada daerah granit cari pinggir bukit berumput paling hijau.
    • Pada tanah gembur . Cari pada daerah lembah atau lereng. Kadang terdapat genangan kecil, air harus disterilkan.
    • Di pegunungan . Di gali bekas aliran sungai pada kelokan sebelah luar. Pada hutan lumut, ambil lumut lalu peras.
    • Dari tumbuh – tumbuhan.Tumbuhan beruas – ruas : rotan dan keluarganya Tumbuhan merambat : lumut and keluarganya Tumbuhan khusus : kantong semar.
    • Menampung embun.
    • Tidak berwarna,berbau dan berasa misal : air mata air, danau, hujan, sungai
    • Jejak binatang menyusui dapat menunjukkan lokasi mata air.

 

  • PENJERNIHAN AIR

Supaya air menjadi “palatable water” tahap – tahapnya :

  • Sendimentasi, Yaitu air didiamkan sampai kotoran mengendap sendiri atau dicampur AlOH.
  • Koagulasi, Yaitu pengendapan melalui zat kimia. Untuk bahanalkali sama dengan FCl2, NH4. non alkali sama dengan Na2SO4.
  • Filtrasi, Yaitu untuk menjernihkan air dengan pasir atau saringan diatomis.
  • Sterilisasi, Yaitu untuk membunuh organisme penyebab penyakit, cara :- Delapan tetes yodium tinetur 2,5%/liter air selama 10 menit- KMnO4 ( kalium permanganate )- Tablet halozone ( untuk penjernih air )- Dicampur serbuk biji kelor 200mg / liter lalu diendapkan selama ½ jam.
  • Untuk penghilang bau, warna, racun, adalh dengan karbon aktif seperti : norit, aqua nuchar, hidro darco.

 

  • SUMBER AIR
  • Air yang tidak perlu dimurnikan ( palatable water )- Air bron / mata air- Air sumur, waduk, sungai, telaga, air hujan, mata air- Air dari tanaman : *kelapa, kaktus dipotong, diperas* Liana / rotan dengan memotong dekat tanah ditampung* Palmae diambil niranya* Ruas bambu, bonggol pisang, lumut- Air tampungan dari embun
  • Air yang dimurnikan -Air berlumpur- Air yang tidak memenuhi syarat fisik.

 

 

 

Pedoman Siswa Pecinta Alam Bagian 6

CAVING

CAVING (SUSUR GOA)

Caving berasal dari kata cave yang artinya goa. Goa adalah lorong di dalam perut bumi yang terbentuk secara alami yang bisa di lalui oleh manusia. Sejarah penelusuran goa yaitu di mulai oleh seorang yang bernama LUIS MARCELLES pada tanggal 15 Juli 1780. ia menuruni goa vertical.

Sejarah penelusuran goa di Indonesia di mulai dari sejak tahun1980 di Bogor oleh Persatuan Speleology Dan Caving Indonesia.

Goa di kelompokkan berdasarkan bentuknya. Jenis-Jenis Goa Dari Bentuknya adalah sebagai berikut :

  1. Goa vertical
  2. Goa horizontal

 Goa Dari Cara Pembentukannya yaitu :

  1. Goa lava, yaitu goa yang terbentuk dari letusan gunung berapi
  2. Goa vulkanik yaitu goa yang terbentuk dari suatu gempa
  3. Goa batu gamping yatu goa yang terbentuk dari lempengan batuan batu gamping
  4. Goa litoral yaitu goa yang terbentuk dari hawa panas suatu gunung yang mengikis perut bumi sehingga terbentuk suatu lorong.

 Di dalam goa biasanya terdapat aroganit atau cristal. Berikut adalah jenis kristal yang terdapat di dalam Goa :

  • Flow stone terdapat di dinding goa
  • Gours
  • Marble seperti mutiara kecil di atas bebatuan
  • Stalaktit pyramid terbalik yang berada dia atap goa
  • Stalakmid berbentuk seperti pyramid di dalam goa
  • Straw berbentuk kecil di atap atap goa
  • Stylalite= garis atau
  • Pearl =mutiara batu
  • Quartains =berbentuk seperti horden di dalamgoa
  • Pilar =yaitu pertemuan antara stalaktit dan stalakmid yang sudah berukuran besar
  • Risiston pool.

Etika Penulusuran Goa :

  • Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
  • Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu
  • Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki

 Pedoman Siswa Pecinta

Alam

Bagian 7

TALI-TEMALI

 

Tali bagi para pecinta alam yaitu suatu alat yang sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dan tali dianggap sebagia suatu alat yang sangat vital dalam dunia pecinta alam dan dapat berakibat vatal bila salah dalam menjaga maupun merawatnya. Tali ada beberapa jenis antara lain :

 

  1. Tali Caramantel Dinamis yaitu lentur dan daya renggang 30%bisa digunakan untuk climbing·       Statis yaitu kurang lentur dan daya rengganghanya 15 % bisa digunakan untuk refling .
  2. Tali Perusik
  3. Tali Webbing.

 

Simpul – Simpul Dalam Pecinta Alam :

  • Simpul overhand
  • Simpul double overhand.
  • Simpul overhand luph
  • Simpul figure of eight
  • Simpul double figure of eight
  • Simpul bowline knot
  • Simpul fisherman knot (simpul nelayan)
  • Simpul double fisherman knot
  • Simpul high waiman hitc
  • Simpul tape luph
  • Simpul perusik knot (simpul anyam)
  • Simpul munter hitc
  • Simpul butterfly knot
  • Simpul ring bend (simpul pita)

 

 

 

 

Pedoman Siswa Pecinta

Alam

Bagian 8

KONSERVASI

 

  1. PENGERTIAN KONSERVASI
  • Konservasi : lstilah payung untuk kegiatan/ aktivitas pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang didasarkan pada 3 prinsip, yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan.
  • Sumber daya alam hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas Keaneka ragaman dan nilainya.
  • Konservasi Sumber daya Alam Hayati : Pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memeliharadan meningkatkan kualitas Keaneka ragaman dan nilainya.
  • Flora: Semua jenis Sumber daya alam nabati, baikyang hidup di darat maupn di air.
  • Fauna: Semua jenis Sumber daya alam hewani yang hidup di darat dan atau di air dan atau di udara.
  • Habitat adalah lingkungan tempat tumbuh atau satwa dapat hidup dan berkembang secara alami.
  • Ekosistem : Suatu satuan lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik Jenis-jenis makhluk hidup) dan faktor-faktor fisik (iklim, air, tanah) serta kimia (keasaman, salinitas,) yang saling berinteraksi satusama lainnya.

 

  1. TUJUAN KONSERVASI
  1. Untuk mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagikesejahteraan rakyat;
  2. Meningkatkan ekosisternnya pemanfaatan dengan tetap potensi sumber memperhatikan daya alamdan kelestarian fungsi, keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal ;
  3. Terkendalinya populasi satwa dan tumbul1an liar,bailk di dalam maupun di luar kawasan.

 

  1. KEANEKA RAGAMAN HAYATI

Ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuatan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genehka.

  • Keaneka ragaman Ekosistem

Keaneka ragaman yang terjadi pada tingkat ekosistem/ variasi ekosistem. Terjadi karena ekosistemterdiri atas perpaduan berbagai jenis dan faktor-faktor fisik dan kimia yang beranekaragamKeaneka ragaman ekosistem dibagi me:njadi empat jenis, yaitu :

  1. Kelompok ekosistem Bahari

Kelompok ekosistem bahari dibedakan atas perairan dalam, perairan dangkal atau ekosistem litoral dandaerah pasang surut..

  1. Kelompok Ekosistem darat Alami

Di Indonesia terdapat 3 bentuk vegetasi utama, yaitu vegetasi pamah, vegetasi pegunungan, dan vegetasi monsun.

  1. Kelompok Ekosistem Suksesi

Ekosistem suksesi adalah ekosistem yang berkembang setelah terjadi perusakan terhadap ekosistem alami yang terjadi karena perishwa alami maupun karena kegiatan manusia atau bila ekosistem buatan tidak dirawat lagi dan dibiarkan berkembang sendiri menurut kondisi alam setempat.

  1. Kelompok Ekosistem Buatan

Hutan, tanaman dan bendungan adalah salah satu contoh ekosistem buatan.

  • Keaneka ragaman Jenis/Spesies

Jenis terbentuk oleh kesesuaian kandungan genetika yang mengatur sifat-sifat kebaikannya dengan lingkungan tempat hidupnya, karena lingkungan tempat hidup jenis itu beraneka ragam, jenis yang dihasilkannya pasti akan beranekaragam juga.

  • Keaneka ragaman Genetika

Variasi genetik di dalam setiap spesies, yang mencakup aspek biokimia, struktur dan sifat organisme yang ditunjukan secara fisik dari induknya, dan dibentuk dari DNA, berbentuk molekul-molekul panjang yang terdapat pada harnpir semua sel.

 

  1. KATEGORI KONSERVASI DAN SPESIES

International Union Conservation Of Nature and Natural Resources (IUCN), pada tahun 1994 telah menetapkan 8 (delapan) kategori konservasi, hal ini sebagai upaya untuk melindungi spesies yang terancam keberadaannya. Dengan sistem klasifikasi ini dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi status keberadaan atau kemelimpahan relatif spesies. Ke delapan kategori konservasi tersebut adalah :

  1. Punah (extinct), spesies satwa/ tumbuhan yang sudah tidak ditemukan lagi dialam;
  2. Punah di alam (ntinct in the wild), bila hanya ditemukan di luar habitat aslinya;
  3. Kritis (critically endangered), bila menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam dalamwaktu dekat;
  4. Genting (endangered), bila tidak tergolong kritis naInun mempunyai resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam;
  5. Rentan (vulnerable), bila tidak tergolong kritis dan genting namun mempunyai resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DASAR - DASAR

SISPALA NESU

SMK MEGERI 1 SUKATANI

TAHUN 2018/2019

 

 

 

 

 

 

 

DI SUSUN OLEH:

SISPALA NESU

 

 

 

 

 

SISWA PENCINTA ALAM NESU

(SISPALA NESU)

Sekretariat:

Jalan Raya Sukatani KM 11 RT 04/01 Desa Kec Sukatani Puwakarta

2019



[1]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar